![]() |
Ketua Komisi D DPRK Kota Lhokseumawe Nurbayan bersama sejumlah anggota legislatif perempuan menerima audiensi dari Balai Syura Ureung Inoeng Aceh (BSUIA) Kota Lhokseumawe pada Jumat, 16 Mei 2025. |
NEWSRBACEH I LHOKSEUMAWE — Ketua Komisi D DPRK Kota Lhokseumawe Nurbayan bersama sejumlah anggota legislatif perempuan yaitu Andar Asma, Nuraida, Wardah dan Roma juwita menerima audiensi dari Balai Syura Ureung Inoeng Aceh (BSUIA) Kota Lhokseumawe pada Jumat, 16 Mei 2025. Pertemuan yang berlangsung di ruang Rapat Gabungan Komisi ini menjadi wadah penting untuk membahas persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang semakin memprihatinkan di wilayah tersebut.
Audiensi ini diterima langsung
oleh Ketua Komisi D DPRK Kota Lhokseumawe Nurbayan dan menyambut positif
inisiatif audiensi ini. Ia menegaskan komitmennya untuk mendukung upaya
perlindungan kelompok rentan, termasuk dengan mendorong penguatan kebijakan di
tingkat daerah.
“Masukan dari masyarakat sipil
seperti BSUIA sangat kami butuhkan. Ini menjadi dasar untuk menyusun program
dan kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat, terutama perempuan
dan anak,” kata Nurbayan.
Diskusi juga menyentuh tentang
perkembangan sosial dan dinamika pembangunan Kota Lhokseumawe, di mana para
peserta audiensi berharap adanya perhatian khusus terhadap aspek sosial
kemasyarakatan, tidak hanya pembangunan infrastruktur fisik.
Sementara itu, Ketua BSUIA Kota
Lhokseumawe, Farida Hanum, menjadi momentum strategis untuk mempererat sinergi
antara lembaga legislatif dengan organisasi perempuan dalam upaya mencegah
serta menangani kasus kekerasan.
Dalam pertemuan tersebut, Farida
menyampaikan keprihatinannya atas meningkatnya jumlah kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak, serta pentingnya penanganan yang lebih sistematis dan
berperspektif korban.
"Kami percaya, diskusi
langsung dengan anggota DPRK, khususnya para legislator perempuan, sangat
penting untuk mencari solusi konkret. Harapannya, ini bisa menjadi pintu awal
untuk membentuk regulasi dan kebijakan yang berpihak kepada perlindungan perempuan
dan anak," ujar Farida.
Pertemuan ini ditutup dengan
harapan agar kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, legislatif, dan
organisasi masyarakat dapat terus ditingkatkan demi menciptakan Lhokseumawe
yang lebih aman, inklusif, dan ramah bagi perempuan serta anak-anak.