![]() |
istimewa |
SMA Negeri
2 Dewantara yang berlokasi di Jalan Mesjid Jabal Nur Paloh Lada dikenal sebagai
sekolah yang strategis, teduh, dan tertata rapi.
Sekolah ini
saat ini dipimpin oleh Nurlaili, S.Pd., M.S.M, Kepala Sekolah Berprestasi
Kabupaten Aceh Utara tahun 2024. Di bawah kepemimpinannya, sekolah dinilai
mengalami berbagai perubahan positif, baik bagi guru, tenaga kependidikan
(tendik), maupun peserta didik.
Selama
empat tahun terakhir, sejumlah guru berhasil naik pangkat/golongan, lima guru
lulus sebagai guru penggerak, serta beberapa lainnya didukung untuk mengikuti
seleksi calon kepala sekolah. SMA Negeri 2 Dewantara juga berhasil meraih
berbagai prestasi di tingkat kecamatan hingga kabupaten.
Namun,
mencuat isu yang menyebut adanya pemotongan dana sertifikasi guru. Menanggapi
hal ini, pihak guru menegaskan bahwa tudingan tersebut tidak benar.
“Uang itu
bukan pemotongan, melainkan bentuk sedekah berdasarkan musyawarah dan mufakat
guru sertifikasi. Dana ini diberikan sebagian untuk operator sekolah, tendik,
guru honor, dan terutama untuk pengadaan baju batik gratis bagi seluruh siswa,”
jelas para guru dalam pernyataan bersama.
Mereka
menambahkan, pemberian baju batik secara gratis merupakan program sekolah yang
sekaligus menjadi nilai tambah dalam penerimaan siswa baru, mengingat lokasi
sekolah diapit oleh SMA dan SMK lain. Program ini bahkan sudah ada sebelum
Nurlaili menjabat kepala sekolah.
Para guru
juga menegaskan bahwa kepala sekolah turut menyumbang dana yang kemudian
direalisasikan oleh wakil kepala sekolah.
Mengenai
tudingan Nurlaili tidak bersedia memberikan tanda tangan, pihak guru membantah
keras. “Selama ini Ibu Nurlaili tidak pernah mempersulit siapapun, apalagi
dalam urusan tanda tangan. Beliau hanya tidak mau menandatangani dokumen fiktif
atau yang tidak sesuai aturan,” tegas mereka.
Para guru
menilai pemberitaan terkait dugaan pemotongan sertifikasi menjadi pukulan berat
bagi kepala sekolah dan keluarganya. “Semoga beliau selalu diberi kesabaran
oleh Allah. Kami juga merasa terpukul. Semoga yang menyebarkan fitnah tersebut
mendapat ganjaran setimpal,” ujar mereka.
Lebih
lanjut, para guru menegaskan bahwa sumbangan tersebut murni bentuk kesadaran
dan wujud syukur guru penerima sertifikasi. Karena dana berasal dari banyak
guru, dibuatlah catatan realisasi penggunaannya secara rinci.
“ Dan dinas tidak pernah meminta dalam bentuk apapun dari sekolah kami,” pungkas mereka.