• Topik Utama

    Copyright © Berita Aceh Terkini
    Best Viral Premium Blogger Templates
    NEWS RBACEH :
    Raja Baginda...

    iklan

    Ketika Guru Menjenguk, Di Balik Seragam Sekolah, Faisal Bertarung dengan Kemiskinan

    Admin
    9/06/25, 16:16 WIB Last Updated 2025-09-06T09:16:36Z

    Ketika Guru Menjenguk, Di Balik Seragam Sekolah, Faisal Bertarung dengan Kemiskinan

    NEWSRBACEH I ACEH UTARA - Kisah menyentuh datang dari SMP Negeri 2 Syamtalira Bayu, ketika guru-guru sekolah tersebut menjenguk seorang murid mereka, Muhammad Faisal, yang tidak hadir selama beberapa hari.

     

    Kunjungan yang awalnya bertujuan untuk memastikan kondisi kesehatan sang siswa, justru membuka mata semua pihak akan kondisi kehidupan yang sangat memprihatinkan. Sabtu 6 September 2025.

     

    Di Dusun Cot Hagu, Gampong Blang Majron, Kecamatan Syamtalira Bayu, para guru mendapati Faisal tinggal bersama orang tuanya di sebuah rumah yang nyaris roboh. Dinding rumah terbuat dari anyaman bambu rapuh, atapnya dari daun rumbia yang bolong di sana-sini, dan lantainya hanya berupa tanah basah. Rumah itu jauh dari kata layak huni, apalagi untuk tumbuh kembang seorang anak yang sedang menempuh pendidikan.

     

    kondisi Rumah Faisal

    Kondisi ini menjadi cermin nyata kemiskinan ekstrem yang masih ada di tengah-tengah kita. Ironisnya, kondisi seperti ini tidak terdeteksi lebih awal oleh pihak sekolah maupun pemerintah setempat, hingga akhirnya terungkap dari inisiatif kemanusiaan para guru.

     

    Ketua Tuha Peut Gampong Blang Majron, Imam Sayuti, S.Tr.Kom., M.T., mengungkapkan bahwa keluarga Muhammad Faisal sudah lama tergolong miskin, bahkan bisa dikatakan masuk kategori sangat miskin.

     

    “Ini bukan soal kurang mampu, tetapi memang sudah masuk kategori miskin. Warga seperti keluarga Muhammad Faisal sangat membutuhkan rumah yang layak huni agar dapat hidup lebih aman dan tenang,” ujarnya.

     

    Sayangnya, menurut Imam Sayuti, pengelolaan Dana Desa selama ini belum benar-benar menyentuh warga dalam kondisi seperti ini. Ia menyayangkan minimnya partisipasi masyarakat dan lembaga seperti Tuha Peut dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan anggaran desa.

     

    “Melalui Dana Desa seharusnya bisa dialokasikan untuk pembangunan rumah layak huni. Namun, kami Tuha Peut tidak dilibatkan dalam perencanaan pembangunan, begitu juga partisipasi masyarakat nyaris tak ada,” tambahnya.

     

    Kritik ini bukanlah untuk menyalahkan satu pihak, namun harus menjadi panggilan serius bagi seluruh pemangku kebijakan dari tingkat desa, kabupaten, hingga provinsi untuk berbenah. Dana desa, program sosial pemerintah, dan bantuan dari lembaga seperti Baitul Mal Aceh Utara serta Baitul Mal Provinsi Aceh seharusnya tepat sasaran dan menyentuh mereka yang benar-benar membutuhkan.

     

    Kisah Muhammad Faisal seharusnya menggugah Nurani kita bersama. Bahwa di balik semangat anak-anak untuk menuntut ilmu, masih banyak dari mereka yang berjuang dari rumah-rumah yang hampir roboh, perut yang lapar, dan kehidupan yang serba terbatas.

     

    Ajakan untuk Bertindak

    Pemerintah daerah, perangkat desa, lembaga zakat, organisasi sosial, serta masyarakat umum perlu bersinergi secara konkret. Bukan hanya dalam bentuk bantuan jangka pendek, tetapi juga dalam menyusun kebijakan yang lebih adil, transparan, dan berpihak pada yang paling membutuhkan.

     

    Muhammad Faisal hanyalah salah satu wajah dari banyak anak-anak Aceh Utara yang bernasib serupa. Sudah waktunya kita tidak hanya melihat, tetapi ikut turun tangan agar mimpi mereka tidak runtuh bersama atap rumah yang bocor.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Nasional

    +