• Topik Utama

    Copyright © Berita Aceh Terkini
    Best Viral Premium Blogger Templates
    NEWS RBACEH :
    Raja Baginda...

    iklan

    "Ija Oen Kayee": UMKM Ecoprint Aceh yang Mendorong Ekonomi Daerah lewat Sentuhan Alam dan Emak-emak Tangguh

    Admin
    9/08/25, 21:56 WIB Last Updated 2025-09-08T14:56:31Z

     

    Farhan Zuhri Memperlihatkan hasil karya ija oen kayee, foto: 


    NEWSRBACEH I LHOKSEUMAWE — Di tengah derasnya arus digitalisasi dan modernisasi industri tekstil, muncul sebuah kisah inspiratif dari tanah rencong. UMKM Ija Oen Kayee, yang berarti “Kain dari Daun Kayu” dalam bahasa Aceh, bukan hanya menjadi simbol kearifan lokal, tetapi juga pendorong nyata pertumbuhan ekonomi daerah.

     

    Di balik kisah sukses ini berdiri sosok muda visioner: Farhan Zuhri, wirausahawan asal Gandapura, Kabupaten Bireuen yang berbagi pengalam dan infromasi kepada newsrbaceh.com Senin 8 September 2025.

     

    Berbekal semangat sosial dan kepedulian terhadap sesama, Farhan memulai inisiatif ini pada tahun 2020 dengan satu misi: memberdayakan emak-emak melalui pelestarian alam dan budaya.

     

    Usaha ini bergerak di bidang ecoprint, yaitu teknik pewarnaan alami pada kain menggunakan dedaunan lokal. Daun Jatoo, Oen Reudep, dan aneka flora khas Aceh menjadi motif eksklusif yang tak hanya indah, tetapi juga mengandung nilai ekologis dan historis.



     Dari Ide Sederhana Menuju Gerakan Ekonomi Kreatif

     

    Langkah pertama Farhan dimulai dari pelatihan. Dengan dukungan sebuah perbankkan di Lhokseumawe, ia mengajak para ibu rumah tangga untuk belajar teknik ecoprint. Bahan-bahan alami seperti kunyit digunakan sebagai pewarna yang memberi warna emas simbol kejayaan Aceh. Perlahan, pelatihan itu berkembang menjadi usaha bersama.

     

    “Kami mulai dari nol. Saya ajarkan dari dasar. Kini, emak-emak sudah bisa produksi sendiri dan punya penghasilan tetap,” ujar Farhan.

     

    Dan dari Forum Budaya ke Etalase Nasional, Keahlian Farhan sebagai seniman dimanfaatkannya untuk memperkenalkan produk Ija Oen Kayee di forum-forum budaya, termasuk Forum Budaya Aceh. Dari situlah, produk ini mulai dilirik oleh pasar luar.

    Tidak butuh waktu lama, Ija Oen Kayee membangun jejaring dengan toko tekstil ternama dan reseller di Aceh, Medan, Jakarta, hingga Jawa Timur.

     

    “Alhamdulillah, sekarang produk kami bisa ditemukan di berbagai kota besar. Yang paling membanggakan, ini karya emak-emak lokal,” kata Farhan bangga.

     

    UMKM dan Era Digital: Menembus Batas Tradisi dan Teknologi

     

    Keunikan Ija Oen Kayee tidak hanya terletak pada produknya, tetapi juga pada pendekatannya yang adaptif terhadap era digital. Melalui platform media sosial, marketplace, dan strategi pemasaran daring, produk-produk ini menjangkau konsumen yang lebih luas tanpa harus meninggalkan akar tradisionalnya.

     

    Inilah wajah baru UMKM di era digital berakar pada kearifan lokal, namun menjulang di pasar global.

     

    Prestasi yang Diukir dari Tangan-Tangan Kreatif

     

    Dedikasi Farhan dan tim Ija Oen Kayee membuahkan hasil gemilang. Pada ajang Festival Meurah Silu 2023 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Lhokseumawe, Ija Oen Kayee berhasil meraih Juara 1 Kategori Wirausaha Muda Syariah.


     

    “Momen ini bukan kemenangan saya pribadi. Ini kemenangan kolektif seluruh emak-emak yang bekerja keras di balik Ija Oen Kayee,” ungkap Farhan usai menerima penghargaan dari Kepala BI KPw Lhokseumawe saat itu, Gunawan.

     

    Kisah Ija Oen Kayee membuktikan bahwa UMKM bukan hanya roda kecil dalam mesin ekonomi, tetapi salah satu poros utama dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dengan prinsip pemberdayaan, kemandirian, dan inovasi berbasis lokal, UMKM seperti ini mampu menghidupkan ekonomi keluarga, memperkuat identitas budaya, dan membuka jalan bagi generasi muda untuk berkarya.

     

    “Emak-emak adalah aset. Imajinasi dan kreativitas merekalah yang membawa Ija Oen Kayee menembus pasar lokal hingga nasional,” tutup Farhan.

     

    Harapan Lewat Daun dan Digital, Ija Oen Kayee bukan sekadar produk tekstil. Ia adalah cerita tentang bagaimana selembar daun bisa menjadi karya seni. Bagaimana tangan-tangan ibu rumah tangga bisa membangkitkan ekonomi keluarga. Dan bagaimana semangat gotong royong, jika dipadukan dengan inovasi dan digitalisasi, bisa menjadi kekuatan transformasi ekonomi daerah.

     

    Dalam pusaran tantangan ekonomi global, kisah ini menjadi pengingat: kita tak selalu butuh hal besar untuk memulai perubahankadang cukup selembar daun dan niat yang tulus. (Raja Baginda)


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Nasional

    +