![]() |
Fasya Najwa, Najwa Auliasya, Sarah Sari Merizka, Tjoet Nanda Amalia Putri, Dedeq Najwa Mahasiswi Universitas Syiah Kuala, FKIP Bahasa Inggris |
Virtual Reality (VR) merupakan salah satu terobosan teknologi yang kini mulai banyak dimanfaatkan dalam dunia pendidikan.
Dengan bantuan headset dan perangkat pendukung lainnya, teknologi ini mampu menciptakan pengalaman belajar yang realistis seolah-olah pengguna benar-benar hadir di dalam lingkungan yang direkayasa secara digital.
Salah satu penerapannya yang kini semakin populer adalah dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui kegiatan bermain peran atau menonton video interaktif.
Sekilas, pendekatan ini terdengar menjanjikan. Interaktif, menyenangkan, dan berbeda dari metode biasanya. Namun, di balik segala keunggulan tersebut, perlu disadari bahwa penggunaan VR sebagai sarana utama dalam pembelajaran bahasa Inggris juga memiliki keterbatasan yang signifikan, khususnya jika digunakan secara eksklusif.
Salah satu kekurangan utama dari pembelajaran berbasis VR adalah minimnya interaksi otentik yang mencerminkan komunikasi di dunia nyata. Di dalam dunia virtual, peserta didik cenderung berinteraksi dengan avatar atau mengikuti alur dialog yang telah ditentukan.
Mereka tidak dihadapkan pada tantangan komunikasi yang sebenarnya, seperti gangguan saat berbicara, perbedaan aksen, atau penggunaan bahasa tubuh yang kompleks.
VR menciptakan dunia pembelajaran bahasa Inggris yang terlalu sempurna, sementara pembelajaran nyata memerlukan proses pembelajaran melalui kesalahan untuk mencapai kemajuan.
Dalam penggunaan VR, pengguna hanya mendengarkan dan merespons dalam situasi yang terstruktur. Mereka tidak dihadapkan pada kondisi nyata, seperti percakapan cepat atau penggunaan bahasa yang tidak baku di kehidupan sehari-hari. Tanpa pengalaman-pengalaman tersebut, pembelajar tidak akan terbiasa merespons dan beradaptasi dalam komunikasi yang sebenarnya.
Oleh karena itu, meskipun teknologi VR memiliki potensi besar sebagai alat bantu dalam pembelajaran bahasa Inggris, penggunaannya sebaiknya tidak menggantikan sepenuhnya interaksi di dunia nyata.
Pendekatan yang lebih ideal adalah memadukan pengalaman belajar melalui VR dengan praktik langsung bersama penutur asli atau dalam situasi sosial yang otentik.
Ditulis Oleh:
Fasya Najwa, Najwa Auliasya, Sarah Sari Merizka, Tjoet Nanda Amalia Putri, Dedeq Najwa.
Mahasiswi Universitas Syiah Kuala FKIP Bahasa Inggris